Sebagai anak bangsa yang menaruh perhatian lebih pada negara tercinta, tulisan ini bukanlah pujian maupun penghakiman atas segala suka dan duka pada penyelenggaraan Pemilu 2019. Sebelumnya saya mengucapkan terima kasih kepada para pahlawan demokrasi yang telah berjuang penuh, berpeluh keringat, para pahlawan di balik layar yaitu para petugas KPPS hingga KPU Pusat, panwas, dan polisi. Kepada para korban yang wafat pada pemilu 2019 ini, doa dan alfatihah saya teriring kepada mereka yang telah gugur insyaallah segala amal perbuatan baik mereka diterima di sisi Tuhan.
Total 554 Orang KPPS, Panwas dan Polisi Tewas di Pemilu 2019
Berdasarkan laman cnnindonesia, jumlah petugas penyelenggara Pemilu 2019 yang meninggal dunia terus bertambah. Hingga artikel ini terbit, data sementara secara keseluruhan petugas yang tewas mencapai 554 orang, baik dari pihak Komisi Pemilihan Umum (KPU), Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), maupun personel Polri.
Salah siapa?
Ada yang salah dengan sistem politik kita, sistem politik yang sekarang ini berbiaya sangat tinggi. Seseorang yang ingin duduk di kursi bupati/wali kota, gubernur, anggota legislatif, hingga presiden mesti mengeluarkan uang yang jumlahnya sangat banyak.
Dengan sistem yang membuat seseorang mengeluarkan uang banyak, tak heran sering terjadi kecurangan pada pelaksanaan pilkada maupun pemilu 2019. Para calon tak segan mengeluarkan menghalalkan segala macam cara demi mendapatkan kursi yang ia kehendaki. Politik uang, serangan fajar, penggelembungan DPT, manipulasi DPT, penggelembungan suara, pemalsuan surat suara, surat suara tercoblos, bahkan sampai yang paling menggelikan kemarin: KOTAK SUARA DICURI.
Sistem pemilihan pemimpin yang seperti ini cuma melahirkan pemimpin yang haus akan kekuasaan, haus uang. Pun suara kita rakyatnya sebagai pemilih, mulai dari kalangan rakyat jelata, preman, intelektual, ulama, artis, pengusaha pokonya semua sama nilai suaranya. Entah dia bodohkah, entah dia pintarkah, entah dia bejatkah, dsb.
Dan juga realitanya memang
pemilihan itu butuh biaya yang mencekik, sehingga akhirnya para calon
pejabat itu menghalalkan segala cara untuk bisa menang. Tarif yang
berhasil dikorek dari beberapa sumber antara lain :
1. Paket nekat sekitar 16 Miliar, ini adalah paket yang paling murah dan nekat. Biaya ini hanya untuk membayar saksi dan biaya akomodasi di suatu daerah pemilihan. Belum termasuk biaya spanduk dll.
2.
Paket hemat sekitar 175 miliar. Paket ini untuk biaya saksi, akomodasi,
spanduk, kaos, pamflet dll. Paket ini sudah terbilang lengkap tapi masih
sederhana.
3. dan paket komplit biayanya 430 miliar.
Paket ini sudah sangat lengkap. Dari spanduk, kaos, saksi, tim
pemenangan, pokoknya semua sampai-sampai ada juga biaya “serangan
fajar”.
Jika seorang misal calon gubernur berhasil memenangkan pertarungan, otomatis dia harus mengembalikan biaya pilkadanya yang sangat besar. Dan akibatnya pasti dia akan menggunakan segala cara untuk mengembalikan biaya yang sudah dikeluarkan.
Bahkan cara-cara yang tidak halal pun akan dilakukan untuk mengembalikan modalnya. Makanya tidak heran, banyak mewabah kasus korupsi terjadi di daerah baik di eksekutif maupun legislatif. itu karena biaya politik yang sangat besar.
Bagaimana jika gagal?
Ini lebih parah. Karena tidak bisa mengembalikan biaya yang sudah dikeluarkan, bisa-bisa seorang calon yang gagal ini jadi gila, bunuh diri, mengambil kembali barang yang sudah diberikan dari konstituen atau yang paling tidak masuk akal adalah menjual istri sendiri untuk menebus pinjaman yang sangat besar.
SOLUSI
Lantas apa solusi mengakhiri sistem lingkaran setan seperti ini? Jika kita sudah pernah menonton Avengers Endgame kita mendapati ending kisah bahwa seorang Tony Stark (Iron Man) rela mengorbankan dirinya dengan memakai sarung tangan Thanos, menjentikkan jari yang pada akhirnya ia berhasil mengembalikan setengah populasi manusia yang telah dihilangkan oleh Thanos sebelumnya. Namun hal itu membuat ia malah mati, ia mengorbankan dirinya sendiri demi orang banyak.
Sepertinya, kita butuh seseorang bahkan tiap orang melepaskan ego demi kemaslahatan orang banyak. Kita butuh para politisi yang berani menjentikkan jarinya, kita butuh pemimpin yang menjentikkan jarinya demi mengembalikan uang rakyat yang telah hilang dirampas para penjahat demokrasi!
Lalu solusi pemilu ialah gambreng (suit jika calonnya ada dua). Loh mengapa gambreng? Karena gambreng itu tidak membutuhkan biaya yang besar, tidak perlu proses segala bentuk kampanye yang tentu menguras kantong masing-masing calon. Tapi ya tentu calonnya tersebut mesti lolos UKB (Uji Kelayakan Gambreng) dulu toh.. Hehe
Gambreng dalam Perspektif Syariat
Loh gambreng bukannya termasuk mengundi nasib yang mana haram? Loh tunggu dulu... Jangan coba menghakimi sepihak.
Mengundi Pengasuh Maryam
Di masa lalu sebelum era risalah Muhamadiyah, orang-orang saling
mengundi untuk menentukan siapa yang berhak untuk menjadi pengasuh
Maryam, ibunda nabi Isa 'alaihissalam. Kejadian itu direkam di dalam ayat Al-Quran:
Padahal kamu tidak hadir beserta mereka, ketika mereka
melemparkan anak-anak panah mereka (untuk mengundi) siapa di antara
mereka yang akan memelihara Maryam. Dan kamu tidak hadir di sisi mereka
ketika mereka bersengketa. (QS. Ali Imran: 44)
Mengundi Perahu Yunus
Dulu, waktu Nabi Yunus bin Mata ‘alaihis salam naik perahu, ternyata
perahu yang beliau tumpangi kelebihan penumpang. Sehingga salah satu
diantara mereka harus menceburkan diri ke laut. Dilakukanlah undian,
ternyata yang mendapat undian itu adalah Nabi Yunus. Allah menceritakan,
وَإِنَّ يُونُسَ لَمِنَ الْمُرْسَلِينَ . إِذْ أَبَقَ إِلَى الْفُلْكِ الْمَشْحُونِ. فَسَاهَمَ فَكَانَ مِنَ الْمُدْحَضِينَ
”Sesungguhnya
Yunus termasuk para rasul Allah. (ingatlah) ketika dia lari, ke kapal
yang penuh muatan, Kemudian dia ikut berundi lalu dia termasuk
orang-orang yang kalah dalam undian. (QS. As-Shaffat: 139 – 141)
Undian Istri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
Beliau
memiliki beberapa istri. Semua memiliki hak lahir yang sama. Istri muda
tidak lebih berhak terhadap beliau dari pada istri tua. Sehingga,
ketika beliau hendak berangkat safar, semua berhak untuk menemani untuk
berangkat safar bersama beliau.
Di saat itulah, dilakukan undian untuk menentukan siapa kanjeng ratu yang akan menemani suaminya.
Ibunda Aisyah Radhiyallahu ‘anha menceritakan,
كَانَ
رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- إِذَا أَرَادَ سَفَرًا أَقْرَعَ
بَيْنَ نِسَائِهِ فَأَيَّتُهُنَّ خَرَجَ سَهْمُهَا خَرَجَ بِهَا مَعَهُ
Apabila
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam hendak safar, beliau mengundi
diantara istrinya. Siapa yang namanya keluar, beliau akan berangkat
bersama istrinnya yang menang. (HR. Bukhari 2593, Muslim 7196 dan yang lainnya).
Undian Rasulullah pada Pembebasan Budak
Pernah ada seorang laki-laki yang sakit menjelang matinya, lalu
membebaskan enam orang budak yang dimilikinya, padahal dia tak mempunyai
harta lain kecuali enam orang budak itu. Rasulullah saw lalu melakukan
undian untuk menentukan siapa yang boleh dibebaskan, yaitu sepertiganya (dua orang). Rasulullah kemudian membebaskan dua orang budak (yang
namanya keluar dalam undian), sedangkan empat budak lainnya tetap
menjadi budak laki-laki tersebut.
Undian Rasulullah Mengenai Warisan
Ada dua orang lelaki yang mengadukan perkaranya kepada Rasulullah saw, yaitu masalah warisan berupa suatu harta yang sudah tak bisa lagi dibedakan dengan jelas siapa yang berhak. Rasulullah saw lalu lalu memerintahkan keduanya untuk melakukan undian, dan yang namanya keluar berarti dialah yang berhak atas barang warisan itu.
Ada dua orang lelaki yang mengadukan perkaranya kepada Rasulullah saw, yaitu masalah warisan berupa suatu harta yang sudah tak bisa lagi dibedakan dengan jelas siapa yang berhak. Rasulullah saw lalu lalu memerintahkan keduanya untuk melakukan undian, dan yang namanya keluar berarti dialah yang berhak atas barang warisan itu.
Endgame
Akhir kata, solusi jitu Pemilu 2019 menurut saya ialah pada Pilpres 2019 sebaiknya Capres 01 dan Capres 02 bertarung ulang namun dengan cara suit, insyaallah tidak akan terjadi lagi para korban tewas akibat pemilu yang semrawut ini.
Berkomentarlah dengan sopan. ConversionConversion EmoticonEmoticon