Minyak bumi
membuat nyawa manusia menjadi tak berharga. Kemajuan peradaban menjadikan
minyak bumi jauh lebih berharga daripada sekedar bisnis makanan sebagai
kebutuhan dasar manusia. Minyak bumi adalah kekuasaan, kejayaan, dan pengendalian
dunia.
Oleh karena itu, minyak bumi harus menjadi barang langka, karena sudah menjadi hukum ekonomi standar bahwa semakin langka maka akan semakin mahal harganya. Jika masyarakat sudah tak mampu lagi membeli, akan tinggal sekelompok elit penguasa cadangan minyak yang akan mengendalikan populasi dunia yang kering sumber energi.
Oleh karena itu, minyak bumi harus menjadi barang langka, karena sudah menjadi hukum ekonomi standar bahwa semakin langka maka akan semakin mahal harganya. Jika masyarakat sudah tak mampu lagi membeli, akan tinggal sekelompok elit penguasa cadangan minyak yang akan mengendalikan populasi dunia yang kering sumber energi.
Tipikal kita
yan paling mudah ditebak adalah sangat mudah meyakini apa yang disampaikan
secara masif dan insentif, terlebih jika kabar itu datang dari orang-orang yang
kita pandang memiliki derajat intelektualitas di atas kita. Dan kita pun sering
malas mendalami motif di baliknya, dan lebih mempercayai saja apa-apa yang
tidak kita ketahui. Kemalasan logika seperti inilah yang menjadi alat bagi
sekelompok elit rahasia pengendali ekonomi dunia.
Mereka mendiktekan ke otak kita bahwa minyak bumi adalah sisa fosil purba yang akan habis tak lama lagi. Dengan cadangan total sekitar 1,2 triliun barel di seluruh dunia, mungkin saja kita akan menikmatinya tak lebih dari 44 tahun lagi dari sekarang. Kita mungkin tak berani mendebatnya karena kadar keilmuan yang tak setara untuk mendebat hipotesis yang pertama kali disampaikan oleh Mikhailo V. Lomonsov pada tahun 1757.
Mereka mendiktekan ke otak kita bahwa minyak bumi adalah sisa fosil purba yang akan habis tak lama lagi. Dengan cadangan total sekitar 1,2 triliun barel di seluruh dunia, mungkin saja kita akan menikmatinya tak lebih dari 44 tahun lagi dari sekarang. Kita mungkin tak berani mendebatnya karena kadar keilmuan yang tak setara untuk mendebat hipotesis yang pertama kali disampaikan oleh Mikhailo V. Lomonsov pada tahun 1757.
Minyak Bumi
Energi Tak Terbarukan (?)
Hipotesis Mikhailo
V. Lomonsov sekitar 250 tahun lalu menyatakan bahwa minyak bumi berasal dari
sisa-sisa makhluk hidup purba jutaan tahun yang lalu yang terkubur di bawah
bebatuan. Jika teori ini adalah kebenaran maka benar bahwa butuh jutaan tahun
lagi dari sekarang untuk kita bisa mendapatkan cadangan minyak bumi lagi.
Logika ini membuat harga minyak bumi tak terkendali. Negara bisa berperang dan
saling membunuh untuk minyak bumi yang langka.
Minyak Bumi
Energi Terbarukan (!)
Untuk pertama
kalinya pada abad ke-19 beberapa ilmuwan menggugat hipotesis Lomonsov yang
sudah berusia dua setengah abad tersebut. Alexander von Humbolt, seorang ahli
geologi Jerman dan ahli kimia termodinamik Perancis, Louis Joseph Gay-Lussac
berdiri lantang mengajukan teori bahwa minyak bumi adalah materi primordial (purba)
yang memancar dari tempat yang sangat dalam dan tak ada hubungannya dengan
materi biologis dari permukaan bumi.
Sama seperti teori Lomonsov yang tidak didukung dengan bukti ilmiah.
Ketika itu, Humbolt dan Lussac juga mungkin kekurangan peralatan teknologi .
Tapi setelah berkembangnya teknologi termodinamika, seorang pakar kimia
Perancis, Marcellin Berthelot melakukan percobaan ilmiah untuk pertama kalinya
dalam rangka membuktikan bahwa teori Lomonsov adalah omong kosong. Ia menamakan
hasil percobaannya dengan Kolbe Reaction.
Ia berhasil menunjukkan bahwa minyak bumi bisa dihasilkan dengan melarutkan
baja dengan asam kuat tanpa melibatkan molekul atau proses biologis.
Ahli kimia
lainnya, Dmitri Mendelev asal Rusia, juga melakukan pengujian dan membantah
keras teori kuno Lomonsov. Mendaelev mendukung teori yang menyatakan bahwa
minyak bumi adalah materi purba yang memancar secara alami dari apa yang ia
sebut Deep Vault (patahan sangat dalam di dalam perut bumi). Tidak hanya dari Rusia, namun ilmuwan-ilmuwan
barat berhasil membuktikannya seperti Thomas Gold dan Dr. JF. Kenney bersama
sejumlah ilmuwan Rusia berhasil membangun reaktor dan membuktikan bahwa minyak
bumi bisa dihasilkan dari kalsium karbonat (CaCO3) dan oksida
besi (FeO2), dua senyawa yang jumlah sangat melimpah ruah di
kerak bumi. Hal ini diperkuat pula dari hasil penelitian ilmuwan-ilmuwan Swedia
yang tergabung dalam Royal Institute of
Techology di Stockholm.
Hasilnya menyimpulkan bahwa hewan dan tumbuhan
tidak dibutuhkan lagi untuk menghasilkan minyak bumi. TIDAK ADA HUBUNGANNYA
DENGAN FOSIL BANGKAI MAKHLUK-MAKHLUK PURBA! Intinya, menurut ilmuwan Vladimir
Kutcherov dalam media ilmiah yang terpuji kredibilitasnya, Science Daily, bahwa minyak bumi tidak akan pernah habis karena ia
akan terus memancar dari patahan-patahan sangat dalam di perut bumi. Tidak itu
saja, kandungan dasar minyak bumi yang tersusun dari hidrokarbon (HC)
sesungguhnya bisa dibuat dengan air biasa (H2O) melalui
proses abiotik yang disebut dengan Fischer-Tropsch. Maka itu artinya, minyak
bumi adalah energy yang terbarukan! (renewable energy).
Bukti-bukti
Pulau Eugene
di Teluk Meksiko tahun 1973 masih menghasilkan 15 ribu barel per hari. Tahun
1989 produksi melorot hanya 4 ribu barel per hari. Setelah berlangsung tak
berapa lama, tiba-tiba saja produksinya meroket kembali ke angka 13 ribu barel
per hari. Dahsyatnya lagi, cadangan minyak bumi yang dalam hitungan sebelumnya
sudah hampir habis, mendadak saja membumbung kembali ke 60 hingga 400 juta
barel! Keanehan ini mengundang berbagai penelitian ke pulau ini. Melalui
pencitraan seismik 3-D, ternyata ditemukan suatu bentuk patahan (vault).
Artinya, minyak memancar dari suatu kedalaman yang tidak diketahui. Minyak yang
keluar tersebut kemudian dianalisis untuk mengetahui usianya dan hasilnya
membuat para peneliti itu terkejut karena usia minyak baru itu berbeda dengan
minyak yang selama ini dieksploitasi.
Pulau Eugene menjadi bukti ilmiah tak terbantahkan bahwa kandungan minyak bumi
bisa terisi kembali.
Penemuan ilmiah ini seakan-akan menjawab misteri cadangan
minyak bumi di kawasan Timur Tengah yang seolah abadi. Profesor dari
Universitas Tulsa, Oklahoma, AS mengakui keheranannya secara akademis, mengapa
cadangan minyak bumi di Timur Tengah bukannya berkurang setelah ‘diperkosa’ habis-habisan
oleh pompa-pompa raksasa selama lebih setengah abad, namun justru cadangannya
di kantong-kantong dalam perut bumi malah meningkat dua kali lipat dalam kurun
20 tahun terakhir.
Pertanyaan
besarnya adalah, “Mengapa teori Peak Oil (bahwa minyak bumi adalah barang
sangat langka) dimunculkan dan terus dipertahankan dengan menyembunyikan fakta
ilmiah, bahwa minyak bumi bukanlah brang langka yang harganya selangit hanya
untuk kepentingan kapitalis minyak?” Dalam hitungan matematis tentu saja.
Dengan
menyebarkan kebohongan terus menerus bahwa minyak bumi itu langka dan akan
segera habis maka manusia secara alamiah akan mencari jalan untuk menemukan
pengganti minyak. Di saat yang sama kemajuan peradaban akan diplot untuk
semakin rakus akan minyak. Hampir semua benda yang ada d sekitar manusia tidak
terlepas dari minyak, baik untuk menggerakkannya maupun untuk memproduksinya.
Alternatifnya adalah minyak nabati yang terbuat dari hasil pengolahan tanaman
pangan seperti ubi, jagung, kelapa sawit, kelapa, jarak, tebu, dan lain
sebagainya. Maka terjadilah perebutan lahan yang terbatas antara lahan untuk
pertanian pangan dan lahan untuk pengembangan tanaman sumber bahan bakar. Mana
harga jual yang paling menggiurkan? Minyak! Faktanya lahan pertanian semakin berkurang,
bahkan sebagian hasil pertanian pangan semakin berkurang, bahkan sebagian hasil
pertanan pangan dipegunakan untuk memproduksi minyak nabati.
Sekarang
mungkin belum begitu terasa, namun ketika tombol “END” sudah ditekan untuk
mengatakan bahwa minyak bumi sudah habis, maka perebutan anatara “makan” dan
“mimyak” akan semakin menguat. Dampaknya sangat terasa bagi kita, bahwa
harga-harga bahan pangan menggila, bergerak liar tak terkendalikan oleh
pemerintah. Bahan pangan seolah-olah genit untuk ikut-ikutan langka seperti
minyak bumi. Saat bahan pangan benar-benar langka akibat lahan dan hasil
produksi direbut oleh ambisi menghasilkan minyak. Artinya, kelaparan, perang,
dan saling membunuh karena lapar satu sama lain akan benar-benar terjadi.
Masih percayakah
dengan teori Peak Oil? Bulshit!
Penulis tutup
dengan:
Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.
(QS. Al-Qamar (54) : 49)
(QS. Al-Qamar (54) : 49)
Berkomentarlah dengan sopan. ConversionConversion EmoticonEmoticon