Search This Blog

Minoritas Tahu Diri, Mayoritas Tahan Diri

http://us.123rf.com/450wm/flybird163/flybird1631212/flybird163121200219/17137794-majority-and-minority-choice.jpg

Indonesia adalah negara yang begitu plural (majemuk). Kata bung Rhoma "Terdiri dari banyak suku bangsa itulah Indonesia, ada Jawa, ada Sunda, Aceh, Batak, Padang dan banyak lagi yang lainnya". Nah, kemudian para pemimpin kita masa lalu tersebut sudah paham dengan kondisi tersebut hingga dengan sangat ikhlas menghapus 7 kata pada sila pertama Pancasila versi Piagam Jakarta hanya karena ditentang oleh minoritas. Hanya karena ditentang oleh suara segolongan kecil rakyat Indonesia timur. Betapa berjiwa besarnya pemimpin-pemimpin kita semasa itu, walaupun mereka mayoritas muslim tapi masih mendengar suara minoritas. Walaupun mereka mayoritas tapi tak pernah ada rasa mau menindas. Walaupun mereka mayoritas mereka sadar bahwa persatuan adalah segala-galanya. 

“Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kalian dari laki-laki dan perempuan, dan Kami menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kalian adalah orang yang paling bertaqwa di sisi Allah. “[al-Hujurat:13]

Ayat di atas menunjukkan bahwa Allah menciptakan keberagaman, kemajemukan agar kita saling mengenal. Makanya ada istilah "Tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta, (tak cinta maka tak jadian)" hehe. Inilah mindset yang kita rubah, yaitu bukan mentang-mentang kita mayoritas dengan seenaknya menindas. Bukan mentang-mentang kita mayoritas dengan seenaknya berbuat naas. Juga sebagai minoritas harus sadar bahwa mereka harus menghormati mayoritas. Jangan mentang-mentang minoritas protes seenaknya, jangan mentang-mentang minoritas selalu merasa tertindas hingga selalu berbuat makar. Maka seharusnya yang mayoritas melindungi minoritas, dan minoritas menghormati mayoritas.  Dengan begitu maka akan terrcipta suatu perdamaian. Bukankah perdamaian itu indah?

Minoritas Tahu Diri, Mayoritas Tahan Diri

Di sinilah minoritas harus sadar bahwa jangan seenaknya bertindak. Mereka harus tahu diri. Jangan mentang-mentang mereka minoritas mereka tak tahu diri, dengan seenak udelnya membangun tempat ibadah mereka di daerah yang mayoritas berbeda dengannya. Misalnya, mereka orang kristen yang berada di daerah yang banyak orang Islam, lalu dengan seenaknya membangun gereja tanpa izin dari mayoritas. Ujug-ujug pembangunan gereja dilaksanakan. Apakah itu namanya menghormati mayoritas? Apakah itu namanya tahu diri? Itulah yang namanya minoritas tidak tahu diri. Tidak tahu diuntung, sudah bagus-bagus dibiarkan tinggal dengan nyaman, namun seenaknya bertindak tanpa persetujuan mayoritas. Hey! Sadar diri dong! Sebagai minoritas harus tahu diri. Kalau minoritasnya tidak tahu diri, wajar mayoritasnya tidak tahan diri! Kalau minoritasnya bertindak seenaknya, wajar mayoritas bertindak seenaknya. Kata yang mayoritas "Lo jual gue beli!" Nah di situlah yang terjadi konflik horizontal di masyarakat. Karena minoritas tak tahu diri makanya mayoritas tak tahan diri. 

Di sinilah kita sebagai manusia yang dewasa, haruslah kita bertindak dewasa, bertindak bijak, bertindak pada tempatnya. Juga sebagai pemimpin suatu negeri, pemimpin suatu daerah harus bertindak dengan asas proporsional. Harus pada tempatnya. Jangan mentang-mentang kita mempunyai kekuasaan lalu seenaknya menetapkan pilihan kita. Dengar dulu suara mayoritas.

Contoh kita bisa tengok kejadian pengangkatan seorang Lurah di daerah Kelurahan Lenteng Agung, Jakarta Selatan. Lurah Susan namanya, di mana ia lolos menjadi Lurah yang ditetapkan Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo. Apa yang terjadi? Warga Lenteng Agung marah besar! Karena apa? Karena Lurah Susan beragama Kristen, agama yang minoritas di Lenteng Agung bahkan jumlahnya sangat sedikit. Warga Lenteng Agung jelas marah dan tidak terima, mereka yang mayoritas tidak mau dipimpin oleh pemimpin yang tidak seagama, yang minoritas. Ini kenapa ada gubernur yang mengangkat seorang pemimpin beragama kristen pada suatu daerah yang mayoritas bergama Islam? Di mana asas proporsionalitas Anda! Katanya selalu mendengar suara rakyat? Suara apa yang Anda dengar?

Dengan alasan Lurah Susan sudah lolos dari segi intelijensi, integritas dan sebagainya. Benarkah tidak ada seorang muslim yang mampu memimpin kelurahan? Ingatlah seburuk-buruknya orang muslim jika ia masih memiliki iman seberat biji zarrah, ia akan masuk ke surga!

Marilah kita belajar dari sikap tahu diri Imam Malik yang mana ketika Kitab Al-Muwatho' hendak dijadikan Undang-Undang Dinasti Abbasiyah maka ia menolak karena ia tahu bahwa mayoritas rakyat Dinasti Abbasiyah sudah terbiasa melaksanakan madzhab-madzhab yang ada ketika itu. Ia tidak mau memberatkan rakyat Dinasti Abbasiyah, karena apa? Karena ia tahu diri! Inilah yang harus dimiliki oleh kita, kita itu harus tahu diri bahwa siapalah diri kita? Kita harus tahu diri dalam hal apapun, termasuk dalam hal ilmu. Kita harus tahu diri bahwa kita masih bodoh. Oleh karena kita masih bodoh maka kita tahu diri jangan suka gampang menyalahkan orang lain. Karena sedikit ilmu kita jangan mudah protes!

Jangan seperti pepatah Arab "Man Qolla 'Ilmuhu Katsuro Inkaaruhu"
"Siapa yang sedikit ilmunya, pasti banyak ngambeknya!"

Sadar dan tahu dirilah kita bukan siapa-siapa.

Tahu diri sebagai minoritas, tahan diri sebagai mayoritas!
Previous
Next Post »

Berkomentarlah dengan sopan. ConversionConversion EmoticonEmoticon