Entah sejak kapan kata "Galau" resmi menjadi kata populer di kalangan remaja. Yang pasti kata "Galau" itu ialah kata resmi Bahasa Indonesia yang tercatat dalam KBBI.
Sejak KBBI resmi dicetak pertama
kali tahun 1989 (source: Wikipedia), kata galau itu berarti; gelisah,
gundah, menyimpan beban dalam diri.
Tapi setidaknya kita
mesti berterima kasih kepada punggawa-punggawa remaja yang mempopulerkan
bahasa Indonesia baku ini menjadi bahasa yang sering digunakan. Bisa
dihitung sebagai implementasi dari salah satu poin sumpah pemuda yang
mendeklarasikan Bahasa Indonesia sebagai bahasa bangsa.
Terlepas
dari itu semua, ternyata praktek "Galau" juga mewarnai peradaban
keilmuan Islam sejak dulu kala. Rupanya banyak ulama yang terperangkap
dalam kegalauan juga. Yang membedakan galaunya ulama salaf (terdahulu)
dengan galaunya anak zaman sekarang ialah manifestasi dari galau
tersebut.
Ulama zaman dulu juga "Galau", tapi galaunya
produktif yang menghasilkan sebuah kemaslahatan buat umat. Bahkan
manifestasi galaunya tersebut kita rasakan manfaatnya sampai saat ini.
Galaunya Para Ulama Salaf
-Imam Muzani menghasilkan
karya, Kitab "Mukhtasor Al-Muzani" karena kegalauannya ketika mendapati
apa yang ditulis oleh gurunya, Imam Syafi'i dalam kitab Al-'Um dan
Al-Hujjah hanya berisi riwayat-riwayat beliau dalam masalah fiqih.
-Imam Ibnu Qutaibah Al-Dinawari
menulis kitab "Ta'wil Mukhtalaf Al-Hadits" guna menjawab semua syubhat
para rasionalist, karena galau akibat tuduhan para rasionalis yang
menuduh bahwa syariat Islam tidak jelas dan saling bertentangan karena
banyak riwayat hadits Nabi yang kandungannya berselisih
dengan hadits lainnya.
dengan hadits lainnya.
-Karena kegalauan Imam Ibnu Hazm Al-Andalusi
akibat semua murid dan sahabat Imam Abu Daud Al-Zahiri tidak meneruskan
ilmu beliau. Takut kalau madzhab Zahiri itu hilang dan tidak dikenal
oleh umat di masa selanjutnya, itu yang membuat Imam Ibnu Hazm menulis
kitab "Al-Muhalla". Bukan cuma itu, beliau juga menulis kitab Ushul
Fiqih dalam Madzhab Al-Zahiri yaitu "Al-Ihkam Fi Ushul Al-Ahkam".
Galau yang hebat!
Galaunya Ulama Modern
Di
masa Modern sekarang juga kita punya contoh Ulama yang kegalauannya
memberikan manfaat. Salah satu ialah Sheikh Sa'I'd Romadhon Al-Buthy
(2013 M).
Galaunya Sheikh Sa'id Romadhon Al-Buthy (2013 M)
Ketika
melihat geliat kelompok yang mengatas namakan berpegang pada Qur'an dan
Hadits murni tapi dengan pongah dan sombong mereka menginjak-injak
tradisi Ulama 4 madzhab dan mengatakan bahwa ber-madzhab itu dilarang,
bahkan mengatakan keempat Imam itu salah jalur dalam berijtihad. Sheikh
Said Al-Buthy jelas galau sekali.
Karena galaunya itu
semua, beliau akhirnya menulis kitab untuk membela keempat Madzhab fiqih
dan meluruskan pandangan soal "Kembali Kepada Qur'an dan Sunnah" dalam
sebuah kitab yang dikenal dengan "Al-Laa Madzhabiyah Akhthoru Bid'atin
Tuhaddidu Al-Syariah".
Galaunya DR. Yusuf Al-Qordhowi
Begitu juga yang dilakukan oleh seorang DR. Yusuf Al-Qordhowi, karena galaunya yang melihat banyak anak muda yang berani mengkafirkan saudaranya hanya karena menurut dengan sistem demokrasi di mayoritas negara Muslim, beliau menulis Kitab "Fiqh Al-Daulah".
Galaunya Cendekiawan Indonesia
Yang
paling dekat ialah apa yang dilakukan oleh Dr. Adian Husaini beserta
kawan-kawan beliau, yang pada galau akibat merebaknya liberalisasi di
Indonesia ini. Akhirnya beliau mendirikan sebuah lembaga Kajian "INSIST"
yang concern pada pembedungan arus liberalisasi yang sudah mengidapi
para aktifis-aktifis muda Islam di hampir seluruh kampus berbasis Islam.
-------------------
Begitulah galaunya mereka, menghasilkan produktifitas yang benar-benar membuat umat tercerahkan.
Bukan galau yang malah memenuhi dinding facebook dan timeline twitter dengan nada-nada minor tak bermanfaat.
Berkomentarlah dengan sopan. ConversionConversion EmoticonEmoticon