Search This Blog

Ini Resep Boleh Maksiat

http://beatmag.com/jak/wp-content/gallery/grand-opening-b1/picture-1866.jpg
Ada seorang ulama besar, ahli sufi di zamannya bernama Ibrahim Ibn Adham rahimahullahu ta'aala. Suatu hari beliau ditanya oleh seorang pemuda. Si pemuda ini mengatakan kepada Ibrahim Ibn Adham.

"Tuan Guru. Apakah ada resepnya supaya saya ini boleh bebas maksiat. Saya mau sholat, saya mau puasa Ramadan, saya mau zakat, saya mau haji, tetapi maksiat saya juga mau. Sulit untuk saya tinggalkan itu kemaksiatan. Apa ada resep supaya saya bisa bebas maksiat?"

Apa dijawab oleh si Tuan Guru tadi?

"Ada! Kau boleh maksiat sesuka hatimu boleh, tidak apa-apa, silakan. Kau mau judi, berzina, kau mau berbuat macam-macam maksiat boleh. Hanya ada satu syaratnya saja!"

"Apa syaratnya Tuan Guru?"

"Syaratnya, begitu kau berbuat maksiat, jangan lagi kau cicipi nikmat Allah SWT."

Anak muda ini lalu berpikir | Jangan mencicipi nikmat Allah? | Mata memandang nikmat Allah, telinga mendengar nikmat Allah, paru-paru memompa udara bisa bernafas nikmat Allah, jantung berdetak, berdenyut memompa darah dialirkan ke seluruh tubuh nikmat Allah. | Jadi kata Tuan Guru boleh kau bermaksiat tetapi lepaskan semua nikmat Allah dalam dirimu! |

Begitu dia berpikir apa dia bilang?

"Tuan Guru, mana mungkin ada manusia yang bisa melepaskan diri dari nikmat Allah!"

Lalu si Guru berkata:

"Kau yakin ngga mungkin?"

"Ngga mungkin!"

"Betul ngga mungkin?"

"Betul!"

"Nah, kalau sudah tahu ngga mungkin  jangan maksiat! Malu dong! Kau memandang nikmat Allah, kau mendengar nikmat Allah, tanganmu bisa bergerak nikmat Allah, kakimu bisa berjalan nikmat Allah. Allah yang memberikan nikmat cuma-cuma kepada Engkau! Lalu Kau ingin maksiat kepadaNya, kau ingin durhaka kepadaNya. Di mana otakmu?!

Tetapi namanya anak muda. Ia masih tetap penasaran. Apa dia bilang kepada si Guru?

"Tuan Guru, kalau itu syaratnya keberatan... Ada syarat lain ngga, yang entengan dan ringan?"

Namanya anak muda, mau maksiat minta syarat yang ringan. Si Guru liatin itu anak muda. Apa kata Ibrahim ibn Adham:

"Ohh ada yang lebih ringan."

"Betul Kau guru?"

"Betul"

"Tapi saya tetap boleh mencicipi nikmat Allah?"

"Boleh! Nggapapa Kau cicipi nikmat Allah. Nggapapalah Kau maksiat, nggapapa Kau tetap melihat, mendengar, bernafas pakai nikmat Allah. Cuma ada syarat lain yang harus kau taklukkan!"

"Apa Tuan Guru?"

"Syaratnya, begitu Kau bermaksiat segera Kau keluar dari kolong langit Allah! Pergi! Tidak pantas Kau tinggal di kolong langit Allah sementara kau maksiat durhaka melawan kepada Allah!"

Dia berfikir lagi | Kalau mau keluar dari kolong langit Allah kemana? | Ngga ada tempat! Kemana kita mau keluar dari kolong langit Allah SWT!?

si Guru berkata seperti ini bukan tanpa ilmu. Karena ada hadits Qudsi:
Allah berfirman: ''Siapa yang tidak mau bersyukur atas nikmat pemberian-Ku, dan tidak mau bersabar atas cobaan-Ku, maka silahkan saja ia keluar dari kolong langit-Ku
dan silahkan ia cari Tuhan selain Aku!''

si pemuda tadi berfikir. 
"Tuan Guru. Mana mungkin manusia bisa keluar dari kolong langit Allah? Sekalipun dia mati  tetap di kolong langit Allah! Ngga mungkin!"

"Kau yakin ngga mungkin?"

"Yakin! Ngga mungkin Tuan Guru, mustahil!"

si Tuan Guru lagi-lagi kembali berkata:
"Kalau tahu ngga mungkin, kalau tahu mustahil, ya jangan maksiat dong! Kalau Kau maksiat, ingat semua nikmat Allah yang berikan, kau hidup di kolong langit Allah. Kau tega maksiat kepada Allah!"

Anak muda ini diam. Tetapi tidak berapa lama, dia berkata lagi. Bukan anak muda kalau tidak penasaran. Apa dia bilang?

"Tuan Guru. Kami ini kan anak muda. Maklumilah, kasih syarat yang lebih ringan lagilah. Jangan yang berat-berat syaratnya!"

Akhirnya si Guru bilang:
"Mau syarat yang lebih ringan?"

"Iya".

"Ada! Ada!"

"Jadi saya ngga perlu keluar dari kolong langit Allah?"

"Nggausah. Kau silakan bermaksiat, cicipi nikmat Allah, tinggal yang tenang di kolong langit Allah. Puas-puasin aja! Cuma syaratnya satu. Nanti pada saat ajalmu datang, malaikat mau datang hendak mencabut nyawamu. Engkau minta waktu diundur satu minggu untuk taubat."

"Minta mundur saja! Minta mundur, kompromi! Hey malaikat maut! Jangan kau cabut nyawaku sekarang! Tapi tunggu waktu beberapa hari, dosaku banyak, aku suka maksiat. Aku mau taubat dulu!"

Kira-kira bisa tidak kompromi dengan malaikat maut? 
Ajal kalau sudah datang tidak bisa ditunda maupun dimajukan walaupun cuma beberapa saat! Jadi malaikat maut tidak bisa disogok. Malaikat maut tidak bisa diajak ber-KKN ria. Kalau dia sudah datang, waktunya cabut nyawa, dicabut!

Jadi kata Tuan Guru, kalau kau mampu membujuk malaikat maut untuk menunda ajalmu beberapa hari. Kau puasi hidup dengan maksiat. Kau nanti khusnul khotimah-in. Nanti bisa taubat. Tiga hari dikasih waktu bisa taubat.

si anak muda bilang:
"Tuan Guru. Mana mungkin kita kompromi dengan malaikat maut. Malaikat maut ngga bisa disogok, ngga bisa dibujuk. Tidak!"

akhirnya si guru mengatakan:
"Kau yakin ngga bisa?"

"Tidak bisa Tuan Guru!"

"Kalau kau yakin tidak bisa, lalu dengan alasan apa Kau mau maksiat?! Dengan jaminan apa kalau Kau sedang maksiat Kau tidak akan mati?! Apa kau tidak berpikir begitu kau berbuat maksiat, malaikat maut datang, malaikat maut mencabut nyawamu dalam keadaan maksiat, su'ul khatimah!"

Nah, anak muda itu diam.

Ternyata anak muda itu masih penasaran.

"Tuan Guru. Udahlah, syaratnya jangan yang itu, kita kan mau hidup enak. Ada ngga syarat lain?"

kata si guru:
"Ada syarat yang lain"

"Lebih ringan Tuan Guru?"

"Iya"

"Jadi kalau nanti malaikat maut datang, ngga perlu saya ajak berunding?"

"Ngga, ngga usah. Biar saja malaikat maut mencabut nyawamu nggapapa."

"Yang betul guru?"

"Betul"

"Ada syaratnya?"

"Ada!"

"Apa itu syaratnya?"

"Syaratnya, kau hidup maksiat silakan. Nanti malaikat maut datang mencabut nyawamu, diamkan saja nggapapa. Cuma syaratnya begitu di dalam kubur Munkar dan Nakir datang, kau usir saja mereka berdua!"

"Eh Munkar, Nakir pergi! Pergi! Pergi!"

Kira-kira bisa tidak?

Usir saja! "Eh Munkar, Nakir ngapain datang tanya-tanya hah?! Saya mau maksiat, saya mau enak urusan saya! Pergi pergi!"

Kira-kira apakah kita bisa?
Tidak! Kita kecil dan lemah!

si anak muda itu bilang:
"Tuan Guru. Mana mungkin? Munkar, Nakir itu besar tenaganya kuat, kita kecil!"

apa kata si tuan guru itu?
"Kalau kau sudah tahu kau lemah, kau kecil, kau tidak punya tenaga. Kok berani-beraninya kau tantang Munkar dan Nakir dalam maksiatmu?"

Baru Munkar dan Nakir saja tidak mampu, apalagi Allah?

Jadi kesimpulannya kata Ibrahim ibn Adham:
"Jangan kamu maksiat!"

Oleh karena itu bagi kita jika ingin maksiat ingat itu tadi.
Boleh! Tetapi lepaskan itu nikmat Allah.
Boleh! Tetapi keluar dari kolong langit Allah.
Boleh! Kalau memang kita tahu kita punya kemampuan membujuk malaikat maut nuntuk menunda ajal kita beberapa hari.
Boleh! Kalau memang kita punya kekuatan untuk melawan Munkar-Nakir.

Tetapi Demi Allah!
Kita tidak akan pernah mempunyai kemampuan untuk itu semua Saudaraku!
Kita tidak akan mampu untuk melepaskan diri dari nikmat Allah!
Kita tidak akan mampu untuk keluar dari kolong langit Allah!
Kita tidak akan mampu untuk membujuk malaikat maut!
dan kita tidak akan mampu, tidak akan pernah untuk mengusir Munkar-Nakir yang akan menanyai kita dengan berbagai macam pertanyaan!

Kalau tahu diri kita lemah, kalau tahu diri kita kecil, dan kalau tahu diri kita tidak mampu, jangan sekali-kali berbuat maksiat!

Insya Allah :)











Previous
Next Post »

Berkomentarlah dengan sopan. ConversionConversion EmoticonEmoticon