Search This Blog

JIN DAN JUN

Televisi zaman sekarang isinya kebanyakan acara-acara dan film-film tidak jelas yang terus nongol depan layar kaca. Dari bedug subuh sampe bedug subuh lagi, acara-acara sampah ini membuat saya ngga habis pikir kenapa mereka (re: pemilik stasiun tv) lebih memilih program tontonan bukan tuntunan.
Dahulu begitu indah, tatkala film ketika saya kecil banyak yang saya gemari. Mulai dari film Tuyul dan Mbak Yul sampai film Jin dan Jun jadi "menu wajib" kami sekeluarga saat petang datang. Saat itu film Tuyul dan mbak Yul memang begitu famousnya sampai mitos-mitos tentang tuyul jadi perbincangan hangat masyarakat. Apalagi ditopang film Jin dan Jun yang dikemas begitu unik, lucu, menarik dan menghibur.

Film yang terakhir ini termasuk film yang ketika itu memiliki rating tinggi walaupun saat itu saya cuma ngerti nonton saja (belum tahu istilah rating, profit, asas ne bis in dem, asas delneeming, residivis, Leasing, Indeks Fischer, Corelation Regression apalagi Agregate Expenditure yang saya pelajari di bangku perkuliahan sampai membuat otak panas pun mata panda melanda raga). Maklum saja saat itu saya masih anak ingusan, tiap pergi main maka baju dimasukkin ke dalam celana plus bedak meluber di seluruh wajah hasil goresan dandanan emak sehabis saya dimandikan olehnya, hihihi.
Eits tapi bukan perkara Jin dan Jun yang saya mau bahas ataupun saya review dalam artikel ini, akan tetapi perkara JIN yang sedang ngetren di tanah air. JIN (Jemaat Islam Nusantara) yaitu sekolompok orang yang beraliran Islam Nusantara dan mengatasnamakan bahwa Islam yang tepat itu adalah Islam Nusantara.
Islam Nusantara
"Islam Nusantara adalah Islam distingtif sebagai hasil interaksi, kontekstualisasi, indigenisasi dan vernakularisasi Islam universal dengan realitas sosial, budaya, dan agama di Indonesia. Ortodoksi Islam Nusantara (Kalam Asy'ari, Fikih mazhab Syafi'i, dan Tasawuf Ghazali) menumbuhkan karakter washatiyah yang moderat. Islam Nusantara yang kaya dengan warisan Islam (Islamic Legacy) menjadi harapan renaisans peradaban Islam global." (Azyumardi Azra, Cendekiawan Muslim Indonesia / Guru Besar Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta).
Demikian yang dipaparkan oleh Azyumardi dengan bahasa ala 'vickynisasi' tersebut pada intinya Islam yang akan menjadi harapan kebangkitan peradaban Islam yaitu ya Islam Nusantara. Secara tersirat maupun tersurat menandakan bahwa Islam Nusantaralah yang sesuai dengan realitas sosial, budaya dan agama di Indonesia.
Hal ini mesti saya kritisi. Kenapa? Sebab Islam adalah agama yang sempurna. Tidak perlu embel-embel Islam Nusantara, Islam Indonesia, ataupun Islam Satrio Piningit Pinandito Sinisihan Wahyu apapun itu namanya. Islam agama yang sempurna (QS. Al Ma'idah ayat 3). Islam tidak perlu menyesuaikan perkembangan zaman, Islam tidak perlu tunduk pada adat suatu bangsa, Islam tidak perlu mengikuti budaya suatu bangsa. Tetapi segala realitas sosial, budaya, adat, harus sesuai dengan Islam tidak boleh bertentangan dengan Al-Qur'an dan Al-Hadits.
Lebih lucunya lagi ialah ada pendapat mengatakan: "Islam Nusantara itu lebih baik daripada Islam Arab. Coba lihat Timur Tengah, konflik tidak kunjung usai padahal mereka beragama Islam. Ini mencerminkan bahwa Islam Arab tidak lebih baik daripada Islam Indonesia yaitu Islam Nusantara." | Mengatakan Islam Arab tidak lebih baik daripada Islam Nusantara itu sungguh amat keliru. Apa yang terjadi di sana bukan karena Islamnya, bukan "masalah" dengan Islamnya. Apa yang terjadi di sana tidak lain ialah perebutan minyak antara Amerika, Inggris dan Perancis yang sangat ngiler dengan sumber daya minyak. Mereka tak henti melakukan adu domba antarmuslim, menyusupi pemimpin boneka dsb. Yang terjadi di sana bukan karena Islamnya, tapi karena kezaliman Barat yang membuat keadaan di sana menjadi kacau balau. Jadi, Islam itu bukan sumber masalah melainkan Islam adalah solusi!
Tidak perlulah menjadi seorang yang beragama ataupun beraliran Islam Nusantara. Tidak perlulah mengatakan bahwa Islam Nusantara lebih baik, toh yang ditanya di alam kubur bukan apa Islam-mu? Melainkan apa agamamu?
Cukup tanamkan dalam hati: "Anaa muslimun qabla kulli syaiin." (Saya muslim sebelum segala sesuatu).
Masih pantaskah menjadi pengikut JIN (Jemaat Islam Nusantara)? Toh nyatanya masih lebih baik JIN DAN JUN ketimbang JIN versi kaum liberal yang nyeleneh itu.
Previous
Next Post »

Berkomentarlah dengan sopan. ConversionConversion EmoticonEmoticon