Search This Blog

"Kok Bisa?"

Dua kata pendek ini sering menjadi pertanyaan seseorang kepada orang lain. Baik ketika orang yg ditanya sedang mendapat kebahagiaan ataupun sedang tertimpa suatu musibah.

"Kok Bisa?" sering dipak
e ketika nanya ke temen, "Eh, kok bisa sih lo dapet ini hadiah?". Ya pasti akan dijawab, "Ohiyya, ini tadi gua abis menang lomba." | "Emang lomba apaan?"| "Lomba renang antar pulau."| "Ohh, kok bisa sih lo ngalahin jagoan2 lain?| blablabla dan seterusnya. Mungkin ia enjoy aja ketika yang ditanya itu ditanyakan soal kebahagiaannya seperti di atas tersebut.

Tapi kalo menyangkut......


"Ehh kok bisa sih lo putus sama dia?", "Emang siapa yang mutusin? Lo atau dia?" |"kok bisa sih? gara2 kalian berantem ya?"| "kok bisa sih sampe segitunya putus segala??", "kok bisa sih?| kok bisa sih?|kok bisa sih? blablabla,,,"

~Engingeng... pasti yg ditanya udeh tutup kupingnya dari awal. Ya, pertanyaan 'dua kata pendek' namun pertanyaan itu akan menjurus ke mana-mana. Maka pasti yg ditanya soal ini bakal ogah-ogahan dan banting stir minta bahas soal lain, hahaha xD

"Kok Bisa?" dan "Logika"

Tapi soal "kok bisa?" ini ngga usah ditanyakan kepada para 'tikus berdasi' yg duduk bermegahan di kursi parlemen, di institusi pemerintahan, dan di manapun ia berada. Pertanyaan "kok bisa?" kepada mereka ini engga akan masuk akal dan sia-sia belaka. Jelas engga masuk akal karena kita menanyakan kepada orang (baca: 'tikus itu'/koruptor) yang jelas-jelas nggak menggunakan akal sehatnya.

Udeh gitu sering deh tuh, di ILC gua ngeliat beberapa bahkan banyak para pengacara sampe segitunya membela kliennya (re:tsk korupsi). Dgn berdalih: "Kok bisa-bisanya si Z ditersangkakan dlm kasus Y, kasus X, kasus W. Padahal, logika tidak mungkin Z memalsukan dokumen untuk menggelapkan dana tersebut yg sudah sekian di atas kertas hitam putih".

"Logikanya, kalau ini begini jadinya maka seperti ini...bla bala bla..."

"Logika mengatakan bahwa bla bla blablabla...."

"Kalau memakai logika yang sehat, ini mustahil kalau kontraktor bla bla bla..."

"Logikanya begini loh.....bla bla bla..."

Kata-kata logika yang mulia ini menjadi sia-sia menurut gua kalau diucapkan di depan para koruptor.

Duhduh udeh bicara "Kok bisa?" pake bicara soal "logika" dan ngebela koruptor pake kata "logika". Duhh salah kuadrat neh orang!

Koruptor itu udah ngga punya lagi apa yang kita sebut "akal sehat". Otak mereka semua sudah hilang. Jadi ngga ada sejarahnya Koruptor itu berpikir dengan Logika. Kalau bicara soal koruptor jangan bicara soal Logika, karena mereka sudah ngga punya itu semua. Bicara koruptor itu yaa bicara soal nafsu, hawa, tamak, serakah, dan orang yang hilang akal sehatnya.

Koruptor itu ngga pernah make logika setiap melakukan operasi busuknya. Toh memang mereka telah kehilangan otak sehat dan logikanya.

Iya. Uang yang dimakan itu bukan uang pribadi, tapi orang seluruh negeri ini, jutaan warga yang mereka sengsarakan. Dan para koruptor itu tahu ini semua. Yang lebih parah, mereka tahu tapi masih mereka makan juga tuh uang rakyat yang jumlah jutaan warga. Apa masih bisa kita katakan orang yang melakukan kejahatan ini sebagai orang yang masih sehat akalnya, lurus logikanya?

Bukan logika yang menggerakkan mereka tetapi nafsu dan keserakahan serta cinta dunia yang berlebih yang menggerakan koruptor hina ini.

Mereka para koruptor itu orang yang bersekolah dan pasti pintar, karena pintar maka ia tahu mana baik dan mana buruk. Mereka juga tahu korupsi itu pembohongan publik.

Tapi nafsunya telah mengalahkan logika dan akal sehatnya, sehingga mereka berani melakukan kejahatan itu semua.

Apa masih bisa dikatakan orang itu punya logika yang sehat kalau dia setiap hari melihat kelaparan dan kemiskinan, tapi ia masih juga memperkaya dirinya sendiri dari uang negara?

Apa masih dikatakan orang itu punya akal sehat kalau setiap hari ia tahu banyak warga Indonesia yang miskin dan meninggal karena kurang biaya untuk berobat, -hingga ada yg diusir dari suatu rumah sakit- tapi ia tetap saja memalsukan dokumen untuk mendapatkan uang haram dari anggaran negara ini?

Apa masih dikatakan orang itu punya logika yang lurus kalau ia sudah tertangkap basah mengambil milyaran uang rakyat tapi ia masih bisa tersenyum dan tertawa lepas didepan kamera?

Buat gua, sudahlah tinggalkan kata "kok bisa?" apalagi kata "logika" untuk para koruptor ini.

Mereka hanya punya hawa nafsu, ketamakan dan kebekuan hati dalam diri mereka.

Mungkin hanya kilatan tajamnya pedang serta tali besar untuk menggantung leher yang bisa membuat para koruptor itu berhenti dari profesi jahatnya tersebut.

Ah, kata-kata "Kok bisa?" dan "Logika" sepertinya sudah tidak berlaku lagi, apalagi buat "mereka"!
Previous
Next Post »

Berkomentarlah dengan sopan. ConversionConversion EmoticonEmoticon