Search This Blog

antara Gatot dan Taat: antara "Madu" dan "Racun"

Kita terjebak di zaman yang dikatakan oleh Almaghfur KH. Zainuddin MZ., sebagai zaman "bungkusan", alias zaman pencitraan (Zainuddin: 2011). Orang dengan pandainya membuat suatu bungkusan yang mencitrakan dirinya kelihatan begitu menarik, sehingga masyarakat tertarik untuk mengikuti, menaati, dan menjadikannya sebagai panutan diri.

Terperangkap pada konstruksi berpikir "Gampang kaget, cepat kagum!", begitu kebanyakan muslim Indonesia. Setiap melihat yang baru, apapun itu, pasti diikuti. Tanpa tahu ini baik atau tidak. Lihat saja bagaimana sekte-sekte baru yang merusak agama itu. Ada nabi barulah, ada yang mengaku malaikatlah, ada yang mengaku Tuhan. Dan anehnya, banyak orang yang mengikuti kesesatan itu. Tanpa dicek dan ditelaah dulu kebenarannya. 

Yang paling dekat dengan kita ialah ketika ada mall atau plaza yang baru dibangun. Semua orang berbondong-bondong datang mengunjunginya. Bukan mau beli atau mau apa, cuma mau numpang kaget saja.

Dan baru-baru ini, ada yang mengaku sebagai guru spiritual (baca: Gatot Brajamusti), dengan undeng-undeng yang mengitari kepalanya serta berbalutkan sorban sepanjang jubah batman, banyak pula pengikutnya terutama para artis yang percaya bahwa aa Gatot dapat meningkatkan popularitas seseorang. Ada pula seseorang yang mengaku sebagai kyai sakti (baca: Taat Pribadi) dapat menggandakan uang dengan yang ia katakan menggunakan "ilmu", lantas banyak yang percaya untuk menaruh segepok bahkan berkoper-koper lembaran merah.

Namun belakangan, kedua padepokan (Padepokan Gatot Brajamusti dan Padepokan Kanjeng Dimas Taat Pribadi) tengah menjadi sorotan, lantaran pimpinannya yaitu mereka sendiri ditangkap oleh pihak berwajib. Gatot ditangkap dengan tuduhan penggunaan narkoba, kepemilikan senjata api secara ilegal, kepemilikan satwa liar bahkan tuduhan pencabulan. Sedangkan Taat Pribadi diringkus karena kasus pembunuhan anak buahnya dan muridnya, penipuan, dan uang palsu. Innalillahi.. Mungkin kini para pemujanya hanya bisa bergeleng kepala sambil ggigit jari. Alamak..

Saya ingin masuk ke mindset ibu-ibu, jika saya tanyakan "Bu, Ibu pilih dimadu apa diracun?". Jawaban mereka pun jelas "Enggak dua-duanya mas". Lalu kali ini saya ingin masuk pada potongan lirik "Madu di tangan kananmu, racun di tangan kirimu". Dengan potongan lirik ini jelas mengartikan bahwa kita dapat menentukan yang mana madu yang mana racun. 

Tapi yang menjadi problema masa kini ialah banyak racun bermerek madu. Kita sulit membedakan antara "madu dan racun", karena si pembuat racun tersebut dengan pandainya membuat "bungkusan" yang identik mencerminkan madu. Diamini pula oleh variabel lain, yaitu gampang kaget cepat kagum seperti yang saya sampaikan pada pargraf kedua di atas. Maka tak heran muncullah si aa Gatot dan si Taat ini yang menurut saya hanya fenomena gunung es semata. Karena saya haqqul yaqin bahwa masih banyak Gatot Gatot dan Taat Taat lain di negeri ini.

Untuk itu kalau kita masih saja terperangkap pada kedunguan kita yang mudah percaya terhadap seseorang dengan pencitraannya. Masih saja latah gampang kaget cepat kagum. Itu artinya menjustifikasikan bahwa kita masih merestui kehadiran Gatot Gatot dan Taat Taat lain berseliweran di sekeliling kita. Selama muslim kita belum selektif, entah kapan si Gatot dan si Taat lainnya hengkang dari bumi ini.

https://m.tempo.co/read/news/2016/08/29/219799695/nyabu-gatot-brajamusti-ditangkap-bersama-istrinya
http://jateng.tribunnews.com/2016/09/03/kapolri-siapkan-pasal-berlapis-untuk-menjerat-gatot-brajamusti
http://makassar.tribunnews.com/2016/10/11/beri-uang-palsu-ini-pasal-berlapis-yang-bisa-menjerat-kanjeng-dimas
Previous
Next Post »

Berkomentarlah dengan sopan. ConversionConversion EmoticonEmoticon