Belakangan atau entah sejak kapan mulainya, banyak sekali saya temui
beberapa orang, aktifis atau kalangan yang dengan semangat mengajak
kepada Islam, mereka dengan masiv berdakwah melalui berbagai media yang
dia punya. Itu bagus banget.
Tapi yang sangat saya
sayangkan adalah beberapa ajakan dan dakwah mereka yang sering sekali
bercampur dengan kata "Neraka", atau kata yang mempunyai makna senada
mengancam dan fatal untuk seorang dai mengucapkan itu depan umum.
Seperti Kafir, Sesat, Bid'ah, dan sebagainya.
Terlihat
sepertinya Neraka itu sesuatu yang murah yang bisa seenak saja diucapkan
dan dicapkan kepada pasar dakwahnya. Entah apa maksudnya, mungkin
memang benar-benar murah nilai Neraka buat mereka sehingga mereka obral
begitu saja.
Padahal sesuatu yang dilabeli Neraka olehnya
atau kata-kata sejenis masih sangat prematur untuk diberi status seperti
itu. Sedikit-sedikit Neraka, seakan sempit sekali agama ini, akhirnya
menimbulkan kekakuan dalam bersoasialisasi dan berinteraktif dengan
sekitar.
Punuk Unta, Neraka!
Dengan
enteng mengatakan bahwa yang berkerudung model punuk unta itu neraka!
Dengan pemahaman yang sangat minim tentang hadits dan Fiqih serta
Ushulnya kemudian mengartikan secara tekstual plek, asal memotong hadits
bagian akhirnya saja, tanpa mengerti apa maksud dibalik hadits. Fatal!
Tidak dijelaskan apa kata ulama disitu, kalau memang haram, dimana Illat haramnya?
Hanya memakai hukum "pokok", Pokoknya haram. Yang haram ya Neraka
tempatnya. Anehnya yang mengatakan seperti itu mengerti bahasa Arab pun
tidak! Na'udzu billah.
Isbal, Neraka!
Yang
celananya atau kainnya menjulur dibawah mata kaki, itu neraka jatahnya.
Karena disebutkan dalam hadits ya seperti itu. Kain atau celana yang
menjulur dan melewati mata kaki (Isbal) itu neraka. Murah sekali nilai
Neraka.
Entah mereka tidak tahu atau memang sengaja tidak
tahu, atau memang sengaja tidak dibuat tahu, bahwa menentukan hukum
tidak hanya dengan satu hadits. Kumpulkan teks Qur'an dan seluruh hadits
yang berkaitan dengan masalah, difilter kemudian ditahqiq, keluarlah
fatwa hukum. Dan itu pekerjaan seorang Mujtahid, bukan orang awam yang
baru denger hadits kemaren!
Padahal keharaman Isbal itu mempunyai Illat (sebab), dan ini pendapat ulama jumhur bahwa keharaman Isbal itu di-Taqyiid dengan Illat sombong (Khuyala') itu.
Dulu juga sahabat Abu Bakar ra bergamis yang melewati mata kaki, tapi
Nabi tidak mengatakan haram karena beliau ra melakukan itu bukan karena
dorongan kesombongan.
Mengutip pernyataan guru saya, KH. Ali Mustofa Ya'kub; "Justru yang tidak Isbal kemudian menyombongkan diri karena menganggap dirinya yang sunnah dan benar, itu yang haram."
Orang Tua Anaknya Tidak Berhijab, Neraka!
Lagi.
Dengan tanpa perasaan mengatakan bahwa seorang bapak yang anak
perempuannya keluar rumah tanpa menutup aurat, Neraka tempatnya! Begitu
juga suami yang istrinya keluar rumah dengan tanpa berkerudung, maka
Neraka juga tempatnya! Benar-benar murah neraka ini, entah neraka mana
yang dimaksud?
Padahal sama sekali tidak ada hadits atau
ayat yang dengan tegas berkata demikian. Hanya berdasarkan sepenggalan
qoul yang tidak jelas siapa pelaku kata tersebut, tidak jelas juga
dimana rujukan kitabnya, mereka dengan berani memvonis neraka. Yaa robb!
Berkemeja dan Berdasi, itu Tasyabbuh, mesti Neraka!
Melihat ada yang memakai baju kemeja berdasi, langsung dikatakan "Itu Haram!" Alasannya hanya karena itu Tasyabbuh (menyerupai) pakaian orang Kafir. Karena ber-Tasyabbuh(menyerupai)
suatu kaum itu berarti bagian dari mereka. Kalau kita termasuk bagian
dari orang kafir, ya kita akan mengikuti langkahnya, ke Neraka! Lagi.
Neraka!
Mengatakan neraka kepada yang berpakaian seperti
orang kafir, tapi mereka berpakaian muslim Indonesia memakai baju koko.
Padahal dengan memakai baju Koko yang katanya Baju Muslim itu, itu juga
bagian dari Tasyabbuh dengan orang Kafir Musyrik. Karena baju koko itu dari Cina, dan orang Cina punya agama yang sama sekali tidak
mengenal Allah swt apalagi menyembahNya.
Jadi sejatinya memakai pakaian koko itu juga bentuk dari tasyabbuh yang diharamkan. Ya neraka tempatnya, karena orang Kafir tidak punya tempat nanti di akhirat kecuali Neraka. Nah loh?
"Oh, Alhamdulillah. Kami mengikuti sunnah dengan memakai Jubah dan Gamis seperti kebiasaan Nabi saw" jawab
mereka. Padahal pakaian Nabi ketika itu bukan produk umat Islam, itu
produk orang-orang Yaman dan Syam. Yang ketika itu Islam belum masuk ke
distrik itu semua, mereka masih Jahiliyah. Berarti pakaian gamis dan
jubah itu pakaian muslim atau bukan? Jawab sendiri!
Toh
yang memakai gamis jubah bukan Cuma Nabi saw. Seburuk-buruk manusia di
dunia ini juga memakai gamis jubbah; Abu Jahal. Nah loh! Jadi memakai
gamis jubbah itu sama saja ber-tasyabbuh dengan Abu Jahal dong? Jadi yang neraka siapa?
Juga
melarang orang-orang untuk mengatakan "puasa", dengan alasan kata
puasa, sembahyang, lebaran dan sejenisnya itu berasal dari bahasa
Sansekerta yang penggunanya itu adalah orang-orang penyembah berhala
dan dewa. Jadi kita pakai kata "shoum" saja, "sholat". Dan biasakan
memanggil dengan kalimat "akh…", atau "ukht….", jangan gunakan kata
"cewe" atau "cowo".
Sama saja seperti sebelumnya. Toh
orang-orangnya Abu jahal yang super Jahiliyah itu memakai kata "akh…"
dan "ukh…" dalam percakapan mereka, karena memang itu bahasa mereka.
Berarti kalau mengucapkan kata tersebut, itu namanya ber-Tasyabbuh ke siapa ya?
Toh
Nabi saw juga tidak pernah menyebut kata Sholat "Tarawih", sama sekali
tidak pernah. Apa ada riwayat yang mengatakan Nabi mengatakan ini sholat
"Tarawih". Lalu kenapa kita mengucapkan itu? Nah loh, ikut siapa kita
jadinya nih?
Entah mereka tidak tahu atau memang tidak mau tahu (baca: tidak mau belajar), bahwa ulama punya kriteria mana Tasyabbuh yang diharamkan dan mana Tasyabbuh yang
dibolehkan. Ulama sejak dahulu kala membahas ini semua, dan memang itu
pekerjaan ulama. Jadi bukan sembarang orang asal mengatakan ini haram,
itu neraka dan sebagainya.
Mudahkan dan Tenangkan, Jangan Persulit dan Jangan Ditakuti
Entah tahu atau tidak tahu, bahwa dalam berdakwah memang diperlukan Tarhiib (memperingati), tapi itu bukan satu-satunya, yan paling dikedepankan yaa Targhib (memotivasi) orang untuk senang dengan syariah.
Dan
memotivasi apa pantas dengan label Neraka? Apa pantas dengan label
Kafir? Apa pantas dengan label sesat? Bid'ah dan seterusnya dan
seterusnya.
Nabi saw saking takutnya akan umatnya, ketika
beliau melewati ayat-ayat Adzab dalam al-Quran, beliau merunduk bahkan
menangis ketika membacanya. Saking takutnya, tapi kemudian ada umatnya
yang dengan ringan saja menjual neraka itu seperti barang murah. Na'udzu billah.
Entah
apa mereka tidak tahu bahwa Nabi saw ketika mengutus sahabatnya
berdakwah, beliau saw selalu mewasiatkan hal yang sama, yaitu:
"Mudahkanlah jangan dipersulit, Tenangkanlah jangan ditakut-takuti" (HR Muslim)
Fir’aun
yang memang sudah jelas kufurnya, sudah jelas masuk neraka, sudah jelas
menandingi Allah swt dengan mengaku sebagai Tuhan dan meminta disembah
oleh rakyatnya. Tapi tetap Allah swt memerintahkan Nabi Musa dan Nabi
Harun untuk berkata dengan perkataan yang baik dan sopan kepada Fir’aun.
"Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, Mudah-mudahan ia ingat atau takut". (Thaha 44)
Berkomentarlah dengan sopan. ConversionConversion EmoticonEmoticon